Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Lelaki Dapat Balasan Akibat Sangka Buruk Dengan Orang Nigeria Depan Kaabah | Khalifah Media Networks – Kaabah merupakan kepentingan yang besar dalam Islam. Sejak tahun lepas, berkurangnya peningkatan kes COVID-19 di seluruh negara, kebanyakan aktiviti tidak kira dari segi ekonomi dan juga sosial telah dilakukan seperti biasa. Begitu juga dengan Haji dan Umrah.

Umat Islam sudah boleh mengerjakan umrah dan juga Haji seperti biasa. Tiada lagi terikat kepada hanyak rakyat beberapa negara sahaja seperti sebelum ini. Kini, ramai juga yang sedang mengerjakan umrah tidak kira pergi bersama keluarga ataupun secara sendiri. Baru-baru ini, seorang pengguna Facebook yang dikenali sebagai Zul Khairi telah berkongsi satu pengalaman beliau ketika sedang mengerjakan umrah di Tanah Suci itu.

Cerita tersebut mendapat perhatian orang ramai dan ramai menceritakan pengalaman mereka sendiri. Berikut merupakan cerita yang dimuatnaik oleh Zul Khairi.

Bersangka Buruk

Suatu hari, di Masjidil Haram, setelah habis menyelesaikan tawaf, saya segera ketepi mencari tempat strategik yang berhadapan betul-betul dengan Multazam untuk berdoa.

Saya menemukan tempat yang kebetulan kosong di hadapan Kaabah. Lalu saya bersimpuh dan memanjatkan doa sambil menunggu waktu Subuh menjelang.

Saat itulah saya melihat seorang lelaki hitam legam dari benua Afrika datang dan langsung mengambil tempat di sisi kanan.

Terlintas dalam hati, “Dengan potongan perawakan dan tampan seperti ini, lelaki kulit hitam ini biasanya orangnya kasar yang tidak berpendidikan”.

Lalu sebagaimana kebiasaan di masjid ketika duduk bersebelahan dalam satu jamaah, saya menghulurkan salam kepadanya.

Tiba-tiba dia bertanya dalam bahasa Inggeris yang bagus sekali tentang asal saya.

“Saya dari Nigeria, kamu dari mana?” Saya jawab, saya berasal dari Malaysia.

“Kenapa orang Malaysia suka sekali berusaha mencium batu Hajar Aswad?” tanyanya memulai percakapan.

“Mungkin kerana cinta. Kaabah adalah rumah Allah, dan Hajar Aswad adalah batu yang pernah dicium Rasulullah (s.a.w). Maka mencium Hajar Aswad adalah refleksi cinta orang Malaysia terhadap Allah dan RasulNya”, jawab saya secara ringkas.

Apakah orang Malaysia juga bertingkah laku seperti itu terhadap cinta Allah yang dianugerahkan kepada mereka?” tanyanya.

“Maksud anda? Cinta Allah seperti apa yang dianugerahkan kepada kami?”, jawab saya dengan bingung.

Lalu lelaki berkulit hitam itu menjawab, “Jika Allah menganugerahkan kalian isteri, anak-anak dan orang tua yang masih hidup, itulah wujud cinta Allah kepada kalian.”

“Pertanyaan saya”, katanya, “Apakah orang-orang Malaysia, berusaha dengan keras dan gigih mencurahkan kasih sayang terhadap anak, isteri dan orang tua mereka yang masih hidup yang diamanahkan Allah sebagaimana mereka berusaha mencium Hajar Aswad?”

“Jika terhadap batu saja refleksi cinta kalian begitu dahsyat, lebih lagi terhadap makhluk Allah yang telah diamanahkan kepada kalian?”, tegasnya lagi.

Saya tercengang, hilang akal dan tak mampu berkata-kata lagi.

Pengajaran

Apabila saat ia bercerita bahawa ia menyelesaikan PhD nya di Harvard University, USA, kemudian ditawar pekerjaan dan jawatan tinggi di sana. Namun memilih untuk pulang membesarkan anak-anaknya yang 6 orang, agar mampu menjadi Muslim yang baik.

Maka hancurlah semua persangkaan saya terhadap orang ini. Allah membayarnya terus secara tunai saat itu juga

Setelah solat Subuh, sebelum berpisah, dia memberi nasihat yang sampai saat ini masih teringat di kepala saya.

“Kejayaan haji atau umrah kita, mabrur atau tidaknya, dinilai bukan pada saat kita menyelesaikan perbuatan-perbuatan haji atau umrah, seperti tawaf atau bahkan mencium Hajar Aswad namun dinilai pada saat kita kembali.

“Apakah kita mampu menunaikan amanah-amanah, anugerah-anugerah, cinta dan kasih sayang Allah kepada kita dengan bersungguh-sungguh, bersusah payah, mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang kita cintai, pekerjaan dan masyarakat.

Saya genggam tangannya, saya memeluknya dengan erat dan menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam

Saat dia pergi dan hilang di antara kerumunan orang, saya faham. Inilah cara Allah menegur saya dan menyampaikan makna mencium Hajar Aswad.

Saudara saudariku tercinta , semoga Allah selalu menjaga hati dan fikiran kita agar selalu lembut dan jernih. Malah hingga dapat menangkap pesan-pesan Ilahiyah yang sangat halus.

Sumber : Group Umrah

Share.

Leave A Reply